Sabtu, 27 Februari 2010

7 Tangisan Menghiasi Kehidupan Kita


Menangis karena takut kepada Allah, menangis karena syukur kepada Allah, semua bentuk tangisan karena Allah swt merupakan salah satu sikap Rasulullah saw. Dengarlah hadist riwayat Ibnu Hibban dari kisah Ubaid bin Umar rahimullah, ketika ia bertemu dengan isteri Rasulullah saw, Aisyah radhiallahu anha, dan bertanya, "Wahai Aisyah beritakanlah kepadaku, saaat-saat yang paling engkau kagumi dari hidup Rasulullah saw?" Aisyah terdiam agak lama, lalu berkata, "Suatu malam, Rasul pernah mengatakan, "Ya Aisyah, biarkan aku menyembah Allah swt malam ini."
Aisyah mengatakan, "Demi Allah, aku ingin sekali berada dalam di dekatmu. Tapi aku juga sangat ingin dengan sesuatu yang menyenangkanmu." Rasulullah saw lalu pergi berwudhu dan mendirikan shalat. Aisyah menceritakan, bahwa sepanjang shalatnya, "Rasulullah saw terus-menerus menangis." Dijelaskannya, "Rasul saat duduk dalam shalatnya terus menerus menangis sampai basah janggutnya. Lalu beliau tetap menangis sampai air matanya menyentuh tanah." Hingga datanglah Bilal mengumandangkan azan subuh. Saat Bilal melihat Rasulullah saw menangis, ia pun bertanya, "Wahai Rasulullah, kenapa engkau menangis? Bukankah Allah swt telah mengampuni seluruh dosamu yang terdahulu dan yang akan datang?" Rasulullah saw menjawab, "Apakah aku tidak menjadi hamba yang bersyukur? Sungguh malam ini telah turun firman Allah swt. Celakalah bagi orang yang membacanya tapi ia tidak memikirkan kandungannya " Surat Ali imran : 190-191 "


Hasan Al Bashri suatu ketika melewati seorang pemuda yang sedang tertawa terbahak-bahak. Pemuda itu sedang duduk berada di tengah teman-temannya. Hasal Al Bashri mendekatinya dan bertanya, "Anak muda, apakah engkau telah melewati as shiraat (jembatan)?" Pemuda itu menjawab, "belum." Hasan Al Bashri bertanya lagi, "Apakah engkau tahu kelak di surga atau neraka kah tempat kembalimu?" Pemuda itu menjawab lagi. "tidak tahu." Hasan Al bashri lalu mengatakan, "Mengapa engkau tertawa sampai seperti ini?!"

Sungguh Rasulullah saw berpesan, "Takkan tersentuh api neraka, seseorang yang menangis karena takut kepada Allah...(HR.Turmudzi)
Tangisan karena Allah adalah salah satu dari tujuh tangisan yang di sebutkan Yazin bin Maisarah rahimahullah. Menurutnya, Tangisan itu ada tujuh: "Tangisan senang, Tangisan sedih, Tangisan takut, Tangisan riya, Tangisan sakit, Tangisan syukur, Tangisan takut karena Allah."
Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma mengatakan, "Air mataku menetes karena takut kepada Allah, itu lebih ku sukai daripada bershadaqah seribu dinar."

Mari kita bertanya pada diri kita sendiri :
Berapa banyak tetesan air mata kita yang keluar selain karena Allah?
Berapa banyak tetesan air mata kita yang jatuh karena takut kepada Allah?




Rabu, 10 Februari 2010

Degradasi Moral Emansipasi Wanita




Jangan terpedaya dengan pemikiran dan pola hidup Barat. Semua itu tak lain adalah upaya menipu kita agarkita meninggalkan agama kita secara perlahan-lahan dan mereka menguasai kekayaan kita. Islam, dengan sistem keluarganya, sangat sesuai dengan wanita. Karena, sesuai dengan tabiatnya, wanita harus menetap di rumah. Mungkin kalian akan bertanya, "Mengapa?" karena Allah menciptakan kaum laki-laki dengan tanggung jawab, beban pikiran dan beban yang harus di tanggungnya lebih berat.
Allah menciptakan kaum perempuan dengan perasaan yang sangat lembut, tidak memiliki kekuatan fisik seperti yang di miliki kaum laki-laki. Kaum perempuan, pada batas tertentu, menerima tabiat laki-laki. Oleh karenanya perempuan lebih pantas tetap dirumah sebagai ketenangan baginya. Perempuan yang mencintai suami dan anak-anaknya tidak akan meninggalkan rumah tanpa alasan dan tidak akan pernah membaur dengan laki-laki lain diluar. Sembilan puluh sembilan persen perempuan Barat mengalami degredasi moral karena egoisme mereka dan hilangnya rasa takut kepada Allah.
Keluarnya kaum wanita Barat untuk bekerja membuat laki-laki melakukan peranan kaum wanita. Kaum laki-laki berdiam di rumah mencuci piring, merawat bayi, dan menenggak minuman keras. Aku tahu bahwa Islam tidak melarang laki-laki membantu isterinya di rumah, bahkan itu dianjurkan, akan tetapi tidak harus sampai terjadi pergeseran peran antara kaum wanita dan prianya.
Bahkan kalau kita melihat seperti itu banyak anak-anak mereka yang kehilangan arah dalam memilih kehidupan yang hakiki. Banyak di antara anak-anak mereka lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah dalam hal negatif, karena mereka tidak di bimbing dalam perjalanan hidup ini, yang di sebabkan orang tua mereka sibuk dan asik di luar rumah.
Mari kita renungkan apa peran kita sesungguh nya..




print this page Print this page